Selamat Datang Di Blognya Kang Sumardi>>Salam Silaturahmi untuk Kalian Semua....Mau Teks Berjalan seperti ini ? Klik

ALLAH ITU BERBEDA DENGAN MAHLUKNYA (Penjelasan Sifat Mukholafatul Lilhawadits) Bagian II


Sambungan dari Bagian I... 
Baca >>>> Bagian I




Seseorang apabila meyakini adanya sesuatu, tetapi tidak pernah melihatnya secara langsung, pasti akan mereka-reka bentuknya melalui khayalan. Tetapi khayalan seseorang tidak akan melampaui hal-hal yang yang biasanya dilihat melalui inderanya, meskipun dalam bentuk yang tidak biasa.

Seperti ketika seseorang mendengar tentang kendaraan Buroq dalam kisah isra mi’rajz tetapi belum pernah melihatnya. Ia menggambarkan bahwa buroq itu bentuk nya seperti kuda, memiliki beberapa sayap, wajahnya seperti wanita dengan mahkota indah di kepalanya. Mahluk seperti ini belum pernah ditemukan di jagad raya. Akan tetapi bagian-bagianya secara parsial ada semua. Seperti bentuk kuda, sayap, wajah, wajah wanita dan mahkota semua ada di alam nyata. Ternyata rekaan khayalan  seseorang pada akhirnya kembali pada apa yang pernah diketahui melalui indranya.


Dzat Allah tidak bisa dijangkau oleh indra. Maka apabila imajinasi seseorang bermaksud menggambarkan Dzat Allah dalam pikirannya, jelas gambarannya keliru. Karena ia akan menyerupakan-Nya dengan benda-benda yang baru (hawadist) Allah telah menegaskan dalam Al Qur’an :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia ( QS  Al-Syura : 11)

Karena demikian para ulama berkata ulama :

كل ما خطر ببالك فالله بخلاف ذلك

Apa saja yang terlintas dalam benakmu, maka Allah berbeda dengan hal tersebut”

Apa saja yang terlintas dalam benak manusia adalah hal yang bersifat indrawi dan baru. Sedangkan Allah bukan sesuatu yang baru. Para Ulama berkata

“Tidak mengetahui Dzat Allah yang sebenarnya, adalah pengetahuan. Sedangkan meneliti Dzat yang sebenarnya adalah kesyirikan”

Maksud pernyataan di atas, sesorang tidak akan bisa mengetahui Dzat allah yang sebenarnya. Tidak mengetahui yang sebenarnya itulah ma’rifat kepada Allah. Karena apabila Dzat Allah direka-reka seperti hal yang bersifat indrawi dan baru, berarti meyakini bahwa Allah itu bersifat indrawi dan baru. Orang yang meyakini bahwa Allah menyerupai mahluknya berarti dia telah meyakini adanya tuhan selain Allah, sehingga terjerumus kedalam kesyirikan.

Wallahu A'lam



Post a Comment

0 Comments